tahan terhadap penyakit tts
Pengendalianpenyakit patek cabai. Pengendalian penyakit patek cabai antara lain dapat menggunakan benih sehat, biasanya cabai rawit lokal lebih tahan terhadap penyakit patek. Lakukan penyemprotan dengan fungisida atau agens hayati yang tepat, terutama tanaman berumur 20 hari di persemaian atau 5 hari sebelum dipindahkan ke lahan.
Meilleurs Sites De Rencontres Sur Internet. Sistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS tahan dari penyakit. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS Teka Teki Silang populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B Kunci jawaban TTS Tahan Dari Penyakit NilaiJawabanSoal/Petunjuk RESISTAN Tahan terhadap penyakit KEBAL Tahan terhadap penyakit RESISTEN Tahan terhadap penyakit IMUNOLOGI Ilmu tentang kekebalan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit PROFILAKSIS Pencegahan timbulnya penyakit dengan jalan memperbesar daya tahan thd serangan penyakit misal mencegah pencemaran makanan oleh kuman penyakit; memperbaiki gizi KLEPTOMANI ...l milik orang lain; kelainan berupa keinginan hendak mencuri yang tidak dapat ditahan-tahan, sekalipun barang curian itu tidak berharga atau tidak ber... DAYA ...ap absorbsivitas; - suai adaptasi, akomodasi; - tahan durabilitas, imunitas, ketahanan, stamina, toleransi; - tarik daya pikat, magnet, pesona, puk... ILMU ... dsb; - peruang Sas ilmu yang menyebabkan dapat tahan lama menyelam dalam air berupa mantra untuk mendapatkan cukup udara sewaktu menyelam dalam ai... INFEKSI Kemasukkan bibit penyakit, tertular penyakit TERAPI Perawatan penyakit KUDIS Penyakit Kulit 5 Hurup KUSTA Penyakit Kulit TAUN Penyakit menular; wabah EKSEM Penyakit kulit CAMPAK Penyakit Kulit 6 Huruf RUBELA Penyakit Kulit TETANUS Penyakit akibat infeksi luka oleh bakteri LEPRA Penyakit kusta SAWAN Penyakit Ayan EPILEPSI Penyakit Ayan AIDS Raja Penyakit Kelamin PANU Sejenis penyakit kulit KADAS Jenis penyakit kulit KUAT Tahan Lama ELTOR Penyakit KoleraTidak semua prediksi jawaban ditampilkan. Silakan cari dengan kata yang lebih spesifik untuk hasil yang lebih akurat atau gunakan fitur tebak kata dengan memasukkan bantuan huruf
NilaiJawabanSoal/Petunjuk RESISTAN Tahan terhadap penyakit KEBAL Tahan terhadap penyakit RESISTEN Tahan terhadap penyakit IMUNOLOGI Ilmu tentang kekebalan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit IMUN Kebal terhadap suatu penyakit IMUNISASI Cara pemerintah menjaga masyarakat kebal akan suatu penyakit VAKSIN Suntik kebal terhadap penyakit ALERGI Perubahan reaksi tubuh terhadap kuman-kuman penyakit AUTOIMUN Penyakit akibat reaksi antibodi terhadap zat alami tubuh KOTIPA Suntikan atau vaksinasi pencegahan terhadap penyakit perut kolera, tipus, dan paratipus SERUM Zat cair yang diambil dari darah binatang yang dibuat untuk membuat kebal terhadap suatu penyakit FIOLAX Kim kaca bebas alkali yang tahan terhadap perubahan suhu tibatiba; digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat kimia PROFILAKSIS Pencegahan timbulnya penyakit dengan jalan memperbesar daya tahan thd serangan penyakit misal mencegah pencemaran makanan oleh kuman penyakit; memperbaiki gizi APISON Pelumas yang khusus digunakan dalam pompa hampa dan dapat menahan pcahnya alat kaca; tahan terhadap suhu tingi; sering digunakan dalam kromatografi gas KLEPTOMANI ...l milik orang lain; kelainan berupa keinginan hendak mencuri yang tidak dapat ditahan-tahan, sekalipun barang curian itu tidak berharga atau tidak ber... DAYA ...ap absorbsivitas; - suai adaptasi, akomodasi; - tahan durabilitas, imunitas, ketahanan, stamina, toleransi; - tarik daya pikat, magnet, pesona, puk... ILMU ... dsb; - peruang Sas ilmu yang menyebabkan dapat tahan lama menyelam dalam air berupa mantra untuk mendapatkan cukup udara sewaktu menyelam dalam ai... INFEKSI Kemasukkan bibit penyakit, tertular penyakit AMA Sama, terhadap TERAPI Perawatan penyakit KUDIS Penyakit Kulit 5 Hurup KUSTA Penyakit Kulit TAUN Penyakit menular; wabah EKSEM Penyakit kulit CAMPAK Penyakit Kulit 6 Huruf
NilaiJawabanSoal/Petunjuk PROFILAKSIS Pencegahan timbulnya penyakit dengan jalan memperbesar daya tahan thd serangan penyakit misal mencegah pencemaran makanan oleh kuman penyakit; memperbaiki gizi DAYA ...upaya, usaha; - adaptasi adaptabilitas; - cerap daya serap, persepsi; - cipta daya kreasi, inspirasi, kreativitas, produktivitas; - gabung afinita... IMUNOLOGI Ilmu tentang kekebalan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit ANEMIA Penyakit kurang darah STAMINA Daya tahan RESISTAN Tahan terhadap penyakit KEBAL Tahan terhadap penyakit RESISTEN Tahan terhadap penyakit IMUN Kebal terhadap penyakit KANSEROFOBIA Psi fobia thd penyakit kanker MENINGITOFOBIA Psi fobia thd penyakit otak FIT Daya tahan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik PANTOFOBIA Psi fobia thd rasa sakit dan penyakit SIPRIDOFOBIA Psi fobia thd pelacuran atau penyakit kelamin IMUNOGENISITAS Kim kemampuan yang dapat menimbulkan kekebalan thd suatu penyakit GERIATRIK Dok ilmu yang mempelajari cara orang tua bereaksi thd penyakit XEROTERM Bio tumbuhan yang tahan thd suhu dan kekeringan yang tinggi PROBIOTIK Bakteri baik di dalam usus penghasil antibiotik dan meningkatkan daya tahan tubuh SKIZOFRENIA Penyakit jiwa ditandai ketidakacuhan, halusinasi merasa berkuasa, tetapi daya pikir tidak berkurang MENGEBALKAN Menjadikan kebal vaksinasi yang diberikan itu bertujuan ~ bayi thd penyakit difteri; JAMPI Kata-kata atau kalimat yang dapat mendatangkan daya gaib untuk mengobati penyakit dsb; mantra; KOTIPA Kolera, tifus, dan paratifus; suntikan pencegahan thd penyakit perut kolera, tifus, dan paratifus MENURIS 1 menggores menoreh, menakik tidak berapa dalam; 2 mencacar imunisasi thd penyakit cacar BINAHONG Tumbuhan menjalar, berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah dan mengembalikan daya tahan tubuh; Anredera corditalia KEMOTERAPI Dok penggunaan zat-zat kimia thd penyakit, dipakai sebagai racun thd bakteri-bakteri penyebab penyakit tsb
ArticlePDF Available Abstract and FiguresDowny mildew is an important disease in maize. Varietal resistance is considered the most practical for disease management. The research was aimed to obtain durable resistant to downy mildew on high-yielding maize varieties. The study was conducted in Kediri, East Java, in a downy mildew endemic area. Ten new high-yielding maize varieties were tested. The treatmens was arranged in a randomized block design with three replications. Seeds of each variety were sown in a 5 m x 4 m plot, at a 75 cm x 20 cm plant spacing consisted of 120 plants/plot. At 10 days after planting DAP, the crops was fertilized with urea, SP-36, and KCl at rate of 100 kg, 100 kg, and 100 kg/ha, respectively. The second and third fertilizer applications were done at 30 and 45 DAP using 100 kg urea/ha. Results showed that varieties Bima-5, HJ 21 Agritan, Bima-14 Batara, and Bisi-19, which were previously highly resistant to downy mildew, showed low resistance durabilities and became susceptible to the disease, with the disease intensities ranging from 62 to Conversely, Bima-3 Bantimurung, Bima-20 URI STJ 109, Bima 5 Sayang, and Lagaligo composite variety indicated more durable resistance with the disease intensities ranging from to as compared to the susceptible variety Anoman 100%. The effect of durable resistant to downy mildew was also shown on the maize yield and 1000 seeds weight. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. PAKKI KETAHANAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI37Kelestarian Ketahanan Varietas Unggul Jagung terhadapPenyakit Bulai Peronosclerospora maydisDurable Resistant of High-Yielding Maize Varieties toDowny MildewSyahrir PakkiBalai Penelitian Tanaman SerealiaJln. Dr. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia*E-mail pakki_syahrir diterima 27 Mei 2016, direvisi 7 Maret 2017, disetujui 15 Maret 2017ABSTRACTDowny mildew is an important disease in maize. Varietal resistanceis considered the most practical for disease management. Theresearch was aimed to obtain durable resistant to downy mildewon high-yielding maize varieties. The study was conducted in Kediri,East Java, in a downy mildew endemic area. Ten new high-yieldingmaize varieties were tested. The treatmens was arranged in arandomized block design with three replications. Seeds of eachvariety were sown in a 5 m x 4 m plot, at a 75 cm x 20 cm plantspacing consisted of 120 plants/plot. At 10 days after plantingDAP, the crops was fertilized with urea, SP-36, and KCl at rate of100 kg, 100 kg, and 100 kg/ha, respectively. The second and thirdfertilizer applications were done at 30 and 45 DAP using 100 kgurea/ha. Results showed that varieties Bima-5, HJ 21 Agritan,Bima-14 Batara, and Bisi-19, which were previously highly resistantto downy mildew, showed low resistance durabilities and becamesusceptible to the disease, with the disease intensities rangingfrom 62 to Conversely, Bima-3 Bantimurung, Bima-20 URISTJ 109, Bima 5 Sayang, and Lagaligo composite varietyindicated more durable resistance with the disease intensitiesranging from to as compared to the susceptible varietyAnoman 100%. The effect of durable resistant to downy mildewwas also shown on the maize yield and 1000 seeds Maize, high-yielding varieties, downy mildew,durable merupakan penyakit penting tanaman jagung. Pengendaliandengan penanaman varietas tahan merupakan cara yang ini bertujuan untuk mengetahui kelestarian ketahananvarietas unggul jagung terhadap penyakit bulai. Penelitiandilaksanakan di Kediri, Jawa Timur, di daerah endemi bulai. Jumlahvarietas unggul baru VUB yang diuji adalah 10 varietas, Percobaandisusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Tiapbenih VUB ditanam pada plot berukuran 5 m x 4 m dengan jaraktanam 75 cm x 20 cm, 120 tanaman per plot. Pada umur 10 harisetelah tanam HST, tanaman diberi pupuk dasar campuran urea,ZA, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 100 kg, 100 kg,dan 100 kg/ha. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada saattanaman berumur 30 HST dan 45 HST, masing-masing 100 kg urea/ha. Hasil penelitian menunjukkan varietas Bima-5, HJ 21 Agritan,Bima-14 Batara, dan Bisi-19 yang sebelumnya mempunyaiketahanan tinggi, pada percobaan ini memperlihatkan ketahananyang rendah atau rentan terhadap penyakit bulai dengan intensitas62,0-77,2%. Sebaliknya, varietas Bima-3 Bantimurung, Bima 20 URISTJ 109, Bima-15 Sayang dan jagung komposit Lagaligomemperlihatkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap penyakit bulaispesies P. maydis dengan intensitas penularan berkisar antara13,5-20,3%, sementara kerusakan varietas pembanding rentanAnoman mencapai 100%. Sifat kelestarian ketahanan terhadappenyakit bulai P. maydis berdampak positif terhadap hasil jagungdan bobot kunci Jagung, varietas unggul, penyakit bulai, bulai Peronosclerospora spp. merupakansalah satu penyakit utama pada tanaman jagung di hasil varietas jagung tidak tercapai apabilatertular penyakit bulai Lukman et al. 2006, Gerpacio andPingali 2007. Penyakit ini pada awalnya hanya terjadipada beberapa daerah pertanaman jagung di Indonesia,tetapi seiring dengan semakin meluasnya arealpertanaman maka penyakit bulai telah menyebar kebeberapa provinsi. Pada saat terjadi epidemi penyakitbulai di suatu daerah endemi, luas penularan dapatmencapai ribuan hektar. Di Jawa Timur, Lampung, danSulawesi Selatan, perkembangan penyakit bulai meluasyang menyebabkan kerugian bagi petani Pakki et Soenartiningsih 2011, Sekarsari et al. 2013. Penyakitbulai dapat menyebabkan penurunan hasil jagungmencapai 90%, terutama apabila infeksi patogen terjadisejak awal priode pertumbuhan vegetatif Sadoma etal. 2011, Hoerussalam et al. 2013.Patogen bulai dapat merusak tanaman jagungdengan memanfaatkan nutrisi tanaman untuk PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 1 NO. 1 201738perkembangannya dan berakibat pada rendahnyaproduksi. Keberadaan sumber inokulum awal, akibatpenanaman varietas rentan dan tanam yang tidakserempak, menyebabkan patogen tersebut selalu adadan tetap menjadi ancaman dalam upaya peningkatanproduksi jagung. Beberapa varietas jagung tahan bulaitelah dilepas. Namun di wilayah endemi, ketahananvarietas tertentu menurun setelah ditanam beberapamusim tanam. Hangenboom 1993 mengemukakanbahwa varietas yang semula tahan menjadi peka setelahditanam selama beberapa musim tanam atau tetapmemperlihatkan ketahanan yang tinggi dan Burhanuddin 2013 melaporkan bahwadi sentra peroduksi jagung di Kediri, pengendalianpenyakit bulai dengan penggunaan fungisida metalaksilpada varietas rentan tidak efektif. Burhanuddin 2009juga menemukan bahwa di Bengkayang, KalimantanBarat, fungisida berbahan aktif metalaksil tidak efektifmengendalikan penyakit bulai. Hal ini diduga disebabkanoleh terjadinya mutan individu hasil mutasi yang lebihvirulen, yang menurunkan sifat ketahanan demikian, varietas jagung yang telah dilepasdapat menunjukkan kelestarian ketahanan yangberbeda. Oleh karena itu, validasi terhadap varietasunggul jagung yang mempunyai kelestarian ketahananyang tinggi diharapkan dapat melengkapi komponenpengendalian terpadu terhadap penyakit bulai padatanaman ini bertujuan untuk mengetahui kelestarianketahanan varietas unggul jagung terhadap penyakitbulai. Hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkankomponen teknologi pengendalian melalui kombinasipenggunaan varietas yang mempunyai sifat kelestarianketahanan tinggi dan DAN METODEPenelitian dilaksanakan di Kediri, Jawa Timur, di salahsatu daerah endemi penyakit bulai, dengan patogen sesuai hasil identifikasi Hikmawati et al. 2011,Burhanuddin 2011, Lukman et al. 2013, Rustiani etal. 2015, dan Widiantini et al. 2015. Sebagai sumberinokulum penyakit bulai, ditanam dua baris varietasAnoman varietas rentan di sekeliling petak ulangan,tiga minggu sebelum penanaman varietas uji. Sumberinokulum tersebut terinfeksi secara alami dan menjadisumber infeksi penyakit bagi setiap varietas uji. Benihditanam pada saat tanaman sumber inokulum telahterinfeksi P. maydis > 70% pada saat tanaman berumur21 hari. Varietas unggul baru VUB yang diuji yaitu 1Bima-3 Bantimurung, 2 Bima-5, 3 Sukmaraga, 4Lagaligo, 5 Bima 20 URI STJ 109, 6 Anoman, 7 HJ21 Agritan, 8 Bima-14 Batara, 9 Bisi-19, dan 10 Bima-15 Sayang. Sebagai pembanding rentan digunakanvarietas disusun dalam rancangan acakkelompok dengan tiga ulangan. Benih ditanam pada plotberukuran 5 m x 4 m, dengan jarak tanam 75 cm x 20cm, 120 tanaman per plot, satu biji, tiap lubang ditutup, lubang tanam diberi insektisidakarbofuran dengan dosis 8 kg/ha. Perlakuan tersebutuntuk mencegah kerusakan tanaman oleh semut atauhama lain pemakan daun pada fase umur 10 hari setelah tanam HST, tanamandiberi pupuk dasar campuran urea, ZA, SP-36, dan KCldengan dosis masing-masing 100 kg, 100 kg, 100 kg, dan100 kg/ha. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada30 HST dan 45 HST dengan dosis masing-masing 100 kgurea/ ketahanan terhadap penyakit bulai dinilaidengan merujuk karakter agronomi sesuai deskripsi dantahun pelepasan setiap varietas yang diuji. Parameterpengamatan adalah sebagai berikut1 Intensitas penyakit bulai pada varietas uji diamatipada saat tanaman berumur 30 dan 45 HST denganrumusI = A B x 100%I = Persentase penularan penyakit = Jumlah tanaman terinfeksi = Populasi tanaman sakit dan ketahanan jagung terhadap penyakit bulaimengikuti Wakman et al. 2007 yaitu tahan =intensitas penyakit IP 0–10%; agak tahan = IP >10-25%; agak rentan = IP >25-50%; dan rentan = IP>50%. IP pada varietas pembanding rentanAnoman > 90%.2 Konidia dikoleksi dari tiga sampel daun dalam setiapplot. Konidia diperoleh dengan cara menempelkanselotip pada bagian bawah daun jagung yangmenunjukkan gejala penyakit bulai, selotipditempelkan di atas permukaan gelas obyek yangbersih. Selanjutnya diamati di laboratorium denganmiskroskop Olympus MX 41 pada perbesaran 100kali.3 Menghitung a rata-rata intensitas penyakit bulaipada tanaman sejak 35 HST sampai 45 HST dan bpertambahan intensitas penyakit bulai pada setiapulangan sejak tanaman berumur 35 HST sampai 45HST.4 Panen jagung dilakukan pada saat biji telah terdapatlapisan hitam black layer >50% pada setiap barisdari setiap tongkol. Penurunan hasil akibat penyakit PAKKI KETAHANAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI39bulai ditentukan dengan cara menghitung selisihpotensi hasil setiap varietas uji t/ha dengan hasilrata-rata sesuai dengan deskripsi varietas biji ditentukan menggunakan rumus[Y = x 100-ka/85 x BP x C0,8Yasin et al. 2014],dimanaY = hasil biji; LP = luas ubinan saat panen m²;ka = kadar air saat panen; BP = bobot tongkolkupasan kg dari ubinan; C = rendemen 0,8.5 Rata-rata bobot biji g yang diperoleh secaraacak dari setiap varietas uji.6 Pengamatan jumlah hari hujan, dan rata-rata suhuharian dalam setiap minggu setelah tanam MST,menggunakan thermometer merk Mercury yangditempatkan di sekitar lokasi DAN PEMBAHASANKelestarian Ketahanan Varietas terhadapPenyakit BulaiHasil pengamatan pada 30 HST menunjukkan dua baristanaman sumber inokulum pada sekeliling petakperlakuan yang terinfeksi alami oleh penyakit bulaidengan intensitas sekitar 95%. Selama penelitianberlangsung, suhu pada malam dan siang hari berkisar22-32°C dengan curah hujan rendah Tabel 1, yangmemberi peluang bagi penyakit bulai menghasilkankonidia yang maksimal. Keadaan ini menyebabkansebaran infeksi alami penyakit bulai P. maydis meratapada semua petakan perlakuan atau tidak ada peluangbagi tanaman terhindar dari infeksi P. maydis escape.Menurut Wakman 2002, penyakit bulai pada tanamanjagung dapat menghasilkan konidia maksimal danbertahan hidup dengan baik pada keadaan iklim agakkering, curah hujan rendah, dan kelembaban penyakit bulai yang merata pada setiapvarietas uji mulai terlihat pada 30 HST. Pada varietaspembanding rentan Anoman yang tersebar acak padasemua ulangan sudah terinfeksi 97,0% atau nyata lebihtinggi dibanding semua varietas uji. Varietas Bima-5, HJ21 Agritan, Bima-14 Batara, dan Bisi-19 terinfeksi P. maydisdengan intensitas 37,0-65,5% Tabel 2. Curah hujan yangrendah sejak 1 MST sampai 3 MST Tabel 1, sel-seljaringan tanaman yang masih muda, dan varietas yangtidak memiliki ketahanan yang tinggi menyebabkanintensitas penyakit bulai tinggi pada varietas intensitas penularan penyakit bulai padavarietas rentan dengan varietas tahan menunjukkanterdapat hubungan antara tingkat ketahanan varietasdengan tingkat virulensi patogen. Kemampuan patogenP. maydis menginvasi tanaman, dalam hal menghasilkanPhytoaleksin, menyebabkan terjadinya infeksi dini padatanaman di lapangan. Penggunaan varietas tahan palingefektif mengendalikan penyakit bulai Sabri et al. 2006,Rajeev et al. 2009, Muis et al. 2012, Fajrin et al. 2013.Varietas tahan dapat menekan produksi konidia,mengurangi sumber inokulum awal, danmemperlambat penularan penyakit bulai. Namunvarietas tahan tidak boleh ditanam terus menerus,karena dapat meningkatkan tekanan seleksi ras 2. Intensitas penyakit bulai pada 10 varietas unggul jagungpada umur 30 HST. Kediri, Jawa Timur, Intensitas Perolehanpenyakit bulai konidiaBima-3 Bantimurung 15,7 c +++Bima-5 37,0 bc +++Sukmaraga 35,4 bc +++Lagaligo 19,7 c ++Bima 20 URI STJ 109 12,5 c ++HJ 21 Agritan 65,5 b +++Bima-14 Batara 53,7 b +++Bisi-19 58,9 b +++Bima-15 Sayang 14,5 c ++Anoman pembanding rentan 97,0 a +++KK % 27,4 -Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbedanyata pada taraf uji BNT 5%.Kriteria ketahanan tahan = intensitas penyakit IP 0–10%; agaktahan = IP>10-25%, agak rentan = IP >25-50%, rentan = IP >50%.Jumlah konidia dari tiga sampel daun/plot +++ = tinggi;++ = sedang; + = 1. Kondisi suhu dan hari hujan pada berbagai fasepertumbuhan varietas unggul jagung. Kediri, Jawa Timur, tanaman MST Suhu °C* Hari hujan1 22-30 32 22-28 13 25-27 24 24-30 05 30-32 16 29-32 07 22-32 08 22-32 09 22-32 010 22-32 011 29-32 012 22-32 013 22-30 0* Pengamatan suhu dengan termometer merk Mercury danpencatatan harian hari hujan, sampai pada umur 13 = minggu setelah tanam. PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 1 NO. 1 201740Pertambahan penularan intensitas penyakit bulaipada setiap ulangan juga berbeda dan sebaran merata pada setiap varietas uji Gambar 1.Varietas Bima-5, HJ 21 Agritan, Bima-14 Batara, Bisi-19,dan Sukmaraga mengalami pertambahan infeksi yang lebih tinggi, berkisar antara 10,6-25,2%.Berbeda dengan varietas lainnya, Bima-3 Bantimurung,Bima-20 URI STJ 109, Bima-15 Sayang, dan Lagaligomengalami pertambahan intensitas penularan penyakitbulai yang rendah, berkisar antara 0–1,9% Tabel 3.Varietas jagung yang diuji mempunyai kelestarianketahanan yang berbeda terhadap penyakit penyakit yang berbeda pada beberapavarietas uji dikategorikan sebagai ekspresi faktorreseptivitas yang rendah low receptivity Kardin 1989.Tanaman yang mempunyai reseptivitas rendah dapatmenghambat germinasi konidia, proses penetrasi, danmenekan proses infeksi secara keseluruhan. Dengandemikian, jumlah spora/propagul yang mempunyaipotensi untuk menginfeksi tanaman jauh lebih rendahdaripada spora/propagul yang mempunyai potensiuntuk menginfeksi tanaman et al. 2005 melaporkan bahwa BadanLitbang Pertanian pada tahun 1956–2004 telah melepas33 varietas unggul jagung bersari bebas, 18 di antaranyamaydis dan memungkinkan berkembangnya ras baruyang lebih virulen, sehingga ketahanan suatu varietasjagung terhadap penyakit bulai dapat konidia dari varietas uji menunjukkankecenderungan semakin tahan suatu varietas semakinrendah populasi konidia Tabel 2. Hal inimengindikasikan bahwa varietas yang mempunyai sifatkelestarian ketahanan lebih tinggi terhadap penyakitbulai mampu menghambat perkembangan germinasikonidia dan kolonisasi miselium dalam jaringantanaman, sehingga reproduksi konidia pada varietasLagaligo, Bima 20 URI STJ 109, dan Bima-15 Sayanglebih rendah. Penggunaan varietas yang mempunyaikelestarian ketahanan lebih tinggi pada hamparan yanglebih luas memungkinkan perbanyakan konidia menjadirendah, sehingga intensitas penyakit bulai juga umur 45 HST, varietas pembanding rentanAnoman sudah terinfeksi 100%, sementara varietasBima-3 Bantimurung, Lagaligo, Bima 20 URI STJ 109,dan Bima-15 Sayang tetap memperlihatkan tingkatinfeksi yang nyata lebih rendah dibanding Bima-5, HJ 21Agritan, Bima-14 Batara, Bisi-19, dan Sukmaraga Tabel3. Intensitas penularan yang lebih rendah disebabkanoleh kemampuan setiap varietas uji dalam mencegahproses infeksi penyakit = Bima-3 Bantimurung, 2 = Bima-5, 3 = Sukmaraga, 4 = Lagaligo, 5 = Bima 20 URI STJ 109, 6 = HJ 21 Agritan, 7 = Bima-14 Batara,8 = Bisi-19, dan 9 = Bima-15 1. Tingkat pertambahan penularan penyakit bulai pada 35-45 HSTdalam setiap ulangan pada sembilan varietas unggul Jawa Timur. 2015. PAKKI KETAHANAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI41agak tahan penyakit bulai spesies P. maydis dan tigavarietas Rama, Lagaligo, dan Srikandi tahan genusPeronosclerospora spp. Apabila merujuk pada kriteriaketahanan tanaman jagung terhadap penyakit bulaiWakman et al. 2007, maka varietas bersari bebasLagaligo pada awal dilepas tahun 1996 hanya terinfeksikurang 10%. Pada penelitian ini intensitas penyakit bulaipada varietas Lagaligo umur 30 HST mencapai 19,7%,dan setelah 45 HST meningkat menjadi 20,3% ataumengalami tambahan infeksi 0,6%. Sementara padavarietas pembanding rentan Anoman sudah mencapai100% Tabel 3.Varietas Lagaligo adalah hasil seleksi saudara tirivarietas Arjuna dengan tetua penguji varietas Rama,rekombinasi dari 20 galur selfing S4, serta seleksiketahanan penyakit bulai pada S1 dan S4. Sejak dilepas19 tahun yang lalu, Lagaligo telah mengalami penurunandaya tahan, dari kategori tahan menjadi agak referensi ketahanan Lagaligo tidak dijelaskanskrining ketahanan dan spesies penyebabnya. Namunpenurunan kategori tahan menjadi agak tahan padadaerah endemi spesies P maydis megindikasikanvarietas tersebut mempunyai tingkat kelestarianketahanan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karenavarietas Lagaligo merupakan hasil rekombinasi 20 galurS4, sehingga variabel gen ketahanannya tergolong sifat tersebut dapat menekan infeksi spesiespatogen penyakit bulai yang mempunyai virulensi virulensi yang lebih tinggi disebabkan olehmunculnya ras baru dari evolusi penyakit bulai selama19 yang sama juga ditemukan pada jagung hibridavarietas Bima-3 Bantimurung, Bima 20 URI STJ 109, danBima-15 Sayang. VUB Bima-3 Bantimurung dilepas padatahun 2007, dengan tingkat ketahanan 11-25% terhadapspesies P. maydis Syuryawati et al. 2007; Wakman et Bima-3 Bantimurung, diperoleh dari silang tunggalantara galur murni Nei 9008 dengan galur murni MR-14introduksi dari Thailand. Gabungan sifat genetik keduagalur ini menghasilkan ketahanan yang tinggi terhadappenyakit bulai. Kelestarian ketahanan yang tinggi selama8 tahun dari varietas tersebut tampak dari intensitaspenyakit bulai spesies P. maydis 15,7%, sementarapembanding rentan telah terinfeksi 100% Tabel 3.Kelestarian ketahanan yang lebih tinggi adalah sifatinduk Nei 9008 yang memiliki gen yang mempunyai sifatketahanan yang tinggi terhadap penyakit bulaiKomunikasi pribadi; A. Takdir, Pemulia Jagung.Varietas Bima-15 Sayang, yang dilepas pada tahun2011, tergolong agak tahan terhadap penyakit bulai ataumempunyai respon intensitas penyakit bulai 11-25%Aqil dan Rahmi 2014. Dalam penelitian ini, responinfeksinya 17,3% Tabel 3. Bima-15 Sayang diperoleh darisilang tunggal AL 44-46 dan MR14, gabungan kedua sifattetua tersebut menghasilkan varietas yang agak 4 tahun dilepas, varietas ini masih dapatmembatasi cekaman penyakit bulai dari spesies Bima 20 URI STJ 109 yang merupakan hasilsilang tunggal G 180/MR14 dan Nei 9008 P dilepas padatahun 2013, dan tergolong tahan terhadap penyakit bulaiatau mempunyai reaksi infeksi lebih kecil dari 10% Aqildan Rahmi 2014, Wakman et al. 2007. Namun dalampenelitian ini memperlihatkan intensitas penyakit bulaiP. maydis 13,5%, atau tingkat ketahanannya telahmenurun yang dari semula tahan menjadi agak penyakit bulai yang lebih rendahmengindikasikan varietas-varietas tersebut mempunyaikelestarian ketahanan yang lebih tinggi dan masihmemberi peluang meminimalisasi penularan penyakitbulai di daerah endemi bervirulensi hasil penelitian mengindikasikanpenanaman varietas dengan tingkat ketahanan penyakitbulai rendah dihadapkan pada berbagai faktorpembatas. Hal ini terlihat dari hasil penelitian Rashid etal. 2012 yang menemukan varietas jagung hibrida yangmempunyai kandungan protein tinggi menunjukkantingkat ketahanan yang sangat rendah terhadap et al. 2013 serta Pakki dan Pabbage 2015 dalamevaluasi ketahanan sejumlah plasma nutfah terhadapbulai selama dua musim tanam hanya diperoleh 0,5%yang tergolong Bima-5 yang tidak mempunyai sifat tahanterhadap bulai Adnan et al. 2010 terinfeksi 62%. VarietasHJ 21 Agritan dan Bima-14 Batara yang dilepas tahunTabel 3. Intensitas penularan penyakit bulai pada 10 varietas jagungumur 45 HST dan pertambahan tanaman terinfeksi padaumur 30-45 HST. Kediri, Jawa Timur, penyakit PertambahanVarietas bulai pada penyakit bulai45 HST % 30-45 HST %Bima-3 Bantimurung 15,7 e 0,0Bima-5 62,0 c 25,2Sukmaraga 42,3 d 6,7Lagaligo 20,3 e 0,6Bima 20 URI STJ 109 13,5 e 0,4HJ 21 Agritan 77,2 b 10,6Bima-14 Batara 73,0 bc 23,5Bisi-19 72,2 bc 13,1Bima-15 Sayang 17,3 e 1,9Anoman pembanding rentan 100,0 a 3,0KK % 15,9 -Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbedanyata pada taraf uji BNT 5%.Kriteria ketahanan tahan = intensitas penyakit IP 0–10%; agaktahan = IP>10-25%, agak rentan = IP >25-50%, rentan = IP >50%. PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 1 NO. 1 2017422011–2013 tergolong tahan penyakit bulai atau denganrespon infeksi 0-10% Aqil dan Rahmi 2014, Wakman etal. 2007. Dalam penelitian ini varietas unggul yangdilepas dalam 3-5 tahun terakhir tersebut tampak rentandengan intensitas penyakit bulai 62,0-77,2% Tabel 3.Hal ini menandakan varietas-varietas tersebut tidakmempunyai kelestarian ketahanan yang tinggi terhadappenyakit bulai P. maydis.Belum ada laporan tentang perbedaan tingkatvirulensi dari spesies-spesies penyebab penyakit 2014 menyatakan bahwa di daerah endemi penggunaan fungisida metalaksil tidak efektifmengendalikan penyakit bulai pada varietas SrikandiKuning. Berbeda dengan Wakman dan Kontong 1986yang melaporkan bahwa aplikasi metalaksi di daerahendemi P. philippinensis efektif mengendalikan penyakitbulai. Fenomena ini memberi sinyal bahwa uji ketahanancalon varietas jagung sebaiknya berdasarkan spesiespenyebab penyakit bulai. Oleh karena itu diperlukan petasebaran spesies penyebab penyakit bulai di 2005 melaporkan, di Indonesia terdapat tigaspesies penyebab bulai yaitu P. maydis, P. philippinensis,dan P. informasi sifat kelestarian ketahananberdasarkan spesies akan memudahkan memilihvarietas yang akan dikembangkan di suatu 1997 menyatakan bahwa varietas denganketahanan yang komplit tidak akan bertahan seterusnya,karena adanya mutan individu hasil mutasi dalamsuatu populasi patogen, yang kemudian menjadi lebihdominan. Hal ini menyebabkan munculnya ras baruyang lebih virulen dan mengurangi kelestarian ketahanansuatu varietas terhadap penyakit jagung komposit varietas Sukmaraga yangsemula agak tahan, dengan kisaran intensitas penyakitbulai 11-25% dan dilepas pada tahun 2003 Syuryawatiet al. 2005, dalam penelitian ini menampakkanpenurunan intensitas ketahanan yang tinggi, yaitu 42,3%,atau menjadi agak rentan. Varietas Sukmaragamempunyai tetua introduksi “Asian mildew acidtolerance” CYMMIT dengan memasukkan introgesimateri lokal untuk perbaikan sifat ketahanannyaterhadap penyakit bulai. Keunggulan spesifiknya adalahrekombinasi hasil uji pada berbagai lingkungan tanahmasam sehingga kelestarian ketahanannya terhadappenyakit bulai tergolong penelitian ini dapat disimpulkan bahwa varietasdengan kelestarian ketahanan yang lebih tinggi terhadappenyakit bulai spesies P. maydis adalah Bima-3Bantimurung, Bima-15 Sayang, Bima 20 URI STJ 109,dan Lagaligo. Ke depan, sifat kelestarian ketahanan yangtinggi tersebut dapat dipadukan dengan fungisidametalaksil dan pyroclostrobin. Selain fungisida,pengendali hayati Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. jugaefektif mengendalikan penyakit bulai Asputri et al. 2013,Zainuddin et al. 2014, Jatnika et al. 2013.Kombinasi fungisida dan varietas agak rentansampai rentan diragukan untuk dapat menekanperkembangan penyakit bulai spesies P. maydis. Hal inididasari oleh eksperesi penyakit bulai pada Bima-5, HJ21 Agritan, Bima-14 Batara, dan Bisi-19 berkisar antara62,0-77,2% Tabel 3, di mana varietas pembandingrentan Anoman telah terinfeksi 100%.Pengaruh Penyakit Bulai Peronosclerosporamaydis terhadap Hasil dan Komponen Hasil JagungPada varietas uji juga ditemukan individu tanaman yangterinfeksi lebih awal, sebagian menghasilkan tongkolyang tidak normal atau jumlah biji per tongkol rendah,dan ukurannya lebih kecil. Penurunan hasil akibatpenyakit bulai juga telah dilaporkan oleh Pakki dan Muis2006, bahwa tingkat kehilangan hasil ditentukan olehketahanan varietas dan waktu infeksi. Makin awaltanaman terinfeksi dan makin rentan varietas makamakin rendah bobot biji yang 4. Potensi dan penurunan hasil 10 varietas unggul Jawa Timur, Potensi Hasil aktual Penurunanhasil t/ha t/ha hasil %Bima-3 Bantimurung 8,27 6,58 20,4Bima-5 9,30 3,54 61,9Sukmaraga 6,00 3,65 39,2Lagaligo 5,25 5,22 0,5Bima 20 URISTJ 109 11,0 8,07 26,6HJ 21 Agritan 11,4 1,18 89,6Bima-14 Batara 10,1 1,74 83,6Bisi-19 9,3 2,96 78,9Bima-15 Sayang 13,20 9,09 31,3Anoman pembanding rentan 4,60 0,25 94,5Tabel 5. Potensi dan penurunan bobot biji 10 varietas ungguljagung. Kediri, Jawa Timur, Bobot Penurunanbobot biji bobotVarietas biji aktual bijig g %Bima-3 Bantimurung 359 353 1,6Bima-5 270 215 20,5Sukmaraga 270 241 10,5Lagaligo 290 235 18,8Bima 20 URI STJ 109 339 259 23,9HJ 21 Agritan 421 293 30,1Bima-14 Batara 357 245 31,2Bisi-19 343 253 26,2Bima-15 Sayang 405 361 10,7Anoman pembanding rentan 320 65 79,6 PAKKI KETAHANAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI43Pengaruh sistemik penyakit bulai dapat dilihat padaTabel 4. Penurunan hasil varietas yang mempunyaikelestarian ketahanan rendah lebih tinggi dibandingvarietas yang mempunyai kelestarian ketahanan yangtinggi. Jagung hibrida varietas Bima-5, HJ 21 Agritan,Bima-14 Batara, dan Bisi-19 dengan kelestarianketahanan yang rendah terinfeksi penyakit bulai 62,0-77,5% Tabel 3 dengan hasil 1,18-3,54 t/ha ataumenurun 89,6-61,9% dari potensi hasil 9,30–10,1 t/haMejana et al. 2014. Sebaliknya, varietas Bima-3Bantimurung, Bima-15 Sayang, dan Bima 20 URI STJ 109yang mempunyai kelestarian ketahanan lebih tinggimemberi hasil 6,58–9,09 t/ha Tabel 4.Refleksi pengaruh kelestarian ketahanan setiapvarietas uji juga tampak pada variabel bobot dengan kelestarian ketahanan terhadappenyakit bulai P. maydis yang lebih tinggi umumnyamenghasilkan bobot biji mendekati potensi bobotbiji masing-masing varietas Tabel 5.KESIMPULANJagung hibrida varietas Bima-5, HJ 21 Agritan, Bima-14Batara, dan Bisi-19 yang sebelumnya mempunyaiketahanan yang tinggi memperlihatkan kelestarianketahanan yang rendah atau menjadi rentan denganinfeksi penyakit bulai spesies P. maydis 62-77,25%.Varietas hibrida Bima-3 Bantimurung, Bima-20 URISTJ 109, dan Bima-15 Sayang, serta varietas kompositLagaligo memperlihatkan sifat kelestarian ketahananyang lebih tinggi dengan intensitas penyakit bulai spesiesP. maydis 13,5-20,3%, sementara varietas pembandingrentan Anoman telah terinfeksi 100%. Pengaruhsistemik kelestarian ketahanan terhadap penyakit bulaispesies P. maydis juga tampak pada variabel hasil danbobot TERIMA KASIHTerima kasih disampaikan kepada Bapak Patabai danIbu Aminah, teknisi Kelompok Peneliti Hama danPenyakit Balitsereal serta Bapak Trisno Warsito, KetuaKelompok Tani “Sri Gadung”, Desa Bulupasar, Kediri,yang telah membantu pelaksanaan penelitian PUSTAKAAdnan. Rafar, dan Zubactiroddin. 2010. Deskripsi varietasunggul jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, 1997. Plant Pathology. Fourth edition. Academic York. M. dan Rahmi. 2014. Deskripsi varietas unggul Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Aini, dan A. L. Abadi. 2013. Pengaruh aplikasiPyroclostrobin terhadap penyakit bulai pada lima varietasjagung Zea mays L.. Jurnal HPT 13 2009. Fungisida metalaksil tidak efektif menekanpenyakit bulai Peronosclerospora maydis di KalimantanBarat dan alternatif pengendaliannya. Prosiding SeminarNasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2011. Identifikasi cendawan penyebab penyakit bulaipada jagung di Jawa dan Madura. Jurnal Suara PerlindunganTanaman 11 J., P. Johanis, dan I. Rosmini. 2013. Uji ketahanan beberapavarietas jagung Zea mays L. terhadap intensitas seranganpenyakit bulai Peronosclerospora maydis Agrotekbis 12.Gerpacio, V,R. and Pingali. 2007. Tropical and subtropicalmaize in Asia production system contraints and researchpriorities. IFAD, CYMMIT 1993. Economic impotance of breeding fordiseases Resistance. in Durability of disease resistance. and K. Parlevliet Eds.. Academic T. Kuswinanti., Melina, dan Pabendon. morfologi Peronosclerospora spp. penyebabpenyakit bulai pada tanaman jagung dari beberapa daerahdi Indonesia. J. Fitomedika 731 A. Purwanto, dan A. Kheruni. 2013. Induksiketahanan tanaman jagung Zea mays L. terhadap penyakitbulai melalui seed treatment serta pewarisannya padagenerasi S1. Jurnal Ilmu Pertanian 162 W., Abadi, dan G. Lukman. 2013. Pengaruh aplikasiBacillus sp. dan Pseudomonas sp. terhadap perkembanganpenyakit bulai yang disebabkan oleh jamur patogenPeronosclerospora maydis pada tanaman jagung. Jurnal HPT14.Kardin, M. 1989. Resistensi tanaman terhadap penyakit. Makalahdisajikan pada pelatihan metodologi penelitian pengendalianhama dan penyakit tanaman. Balittan Sukamandi. R., A. Ahmad, and L. Thomas. 2006. Tracing the signatureof Peronosclerospora maydis in maize seed. Australia PlantPathology 451 R., A. Ahmad, and L. Thomas. 2013. Unraveling the geneticdiversity of maize downy mildew in Indonesia. J. PlantPathologi Microb. 5 Agustus 2016.Mejana, Praptana., Subekti, M. Aqil, A. Musaddad,dan F. Putri. 2014. Deskripsi varietas unggul tanaman pangan2009-2014. Badan Penelitian dan Pengembangan A., Pabendon, N. Nonci, dan W. Purbowasito, dan 2012. Keragaman genetik patogen penyebab bulaiberbasis marka SSR. Seminar Nasional Insentif Riset Sinergi Riset Nasional untuk KemandirianTeknologi. Asisten Deputi Relevansi Program Riset Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek. KementerianRiset dan Teknologi. Bandung 29-30 November S. 2014. Epidemiologi dan strategi pengendalian penyakitbulai Perenosclerospora sp. pada tanaman jagung. JurnalPenelitian dan Pengembangan Pertanian 33247-52. PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 1 NO. 1 201744Pakki, S. dan Burhanuddin. 2013. Peranan varietas dan fungisidadalam dinamika penularan patogen obligat parasit dansapropit pada tanaman jagung. Prosiding Seminar NasionalSerealia Meningkatkan Peran Penelitian Serealia MenujuPertanian Bioindustri. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan. Maros, 18 Juni 2013. S. dan A. Muis. 2006. Patogen utama tanaman jagung setelahpadi rendengan di lahan sawah tadah hujan. PenelitianPertanian Tanaman Pangan 261 S. dan Pabbage. 2015. Penampilan penyakit bulaiPeronosclerospora philipinensis pada tujuh puluh plasmanutfah jagung. Prosiding Seminar Nasional SerealiaMeningkatkan peran penelitian dan pengembangan serealiadalam mendukung swasembada pangan. Balai Penelitiantanaman Serealia. Maros 30 April 2015. pp. S., Pabbage, dan A. Takdir. 2013. Penampilan plasmanutfah jagung terhadap cekaman penyakit bulaiPerenosclerespora philippinensis. Prosiding SeminarNasional. Aklerasi Inovasi dan Diseminasi Teknologi MenujuKemandirian Pangan Berbasis Sumberdaya Genetik Besar Pengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian. Palu, 18 Maret 2013. S., H. Talanca, dan Gusnawaty. 2006. Sebaran penyakitbulai Peronosclerospora spp. pada beberapa sentrapertanaman jagung di Sulawesi Selatan. Makassar, 29-30September 2005. Puslitbangtan. Bogor. OBP. Chamala, and P. Dueby. 2009. Status cerealdowny mildew and their management. Integrated pest anddiseases management. 5 Mei 2016.Rashid, Z., Zaidi, Vinayan, Sharma, and SriramaSetty. 2012. Downy mildew resistance in maize Zea mays Lacross Peronosclerospora species in lowland tropical Protection 4323 Meity, S. Hidayat, and S. Wiyono. characteristic of Perenosclerospora maydis in Java,Indonesia. International Jurnal of Science Basic and AppliedResearch 191 A., D. Jeffer, Vasal, R. Frederikson, and C. Magill. region of maize chromozone 2 affect respons to downymildew pathogens. Theoritical and applied genetics. C. Rapar, dan Zubactiroddin. 2005. Deskripsi varietasunggul jagung. Edisi Empat. Balai Penelitian TanamanSerealia. Maros. C. Rapar, dan Zubactiroddin. 2007. Deskripsi varietasunggul jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, M,T., Elsayed, and El-Moghazy. control of Downy mildew disease of maize causedby Peronosclerospora sorghi using certain biocontrol agentsalone or in combination. J. Agric. Res. Kafer El-SheikhUniversity. ARC Giza. Egyp. 371 R,A., J. Prasetyo, dan T. Maryono. 2013. Pengaruhbeberapa fungisida nabati terhadap keterjadian penyakit bulaipada jagung manis Zea mays saccharata. J.. Agrotek Tropika11 2011. Perkembangan penyakit bulaiPerenosclerospora maydis pada jagung tahun 2008-2009di Kabupaten Blitar. Juli 2015.Wakman, W. dan S. Kontong 1986. Penggunaan fungisida Ridomiluntuk pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung diSulawesi Selatan. Agrikam Buletin Penelitian Pertanian12 W. 2002. Sebaran dua spesies cendawanPeronosclerospora sp. yang berbeda morfologi konidianya diIndonesia. Makalah disajikan pada pertemuan membahasorganisme pengganggu tanaman karantina OPTK Cianjur,9-12 September W. 2005. Penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung,tanaman inang lain, daerah sebaran dan Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan Fitopatologi Indonesia dan PerhimpunanEntomologi Indonesia Komisariat daerah Sulawesi 36-47. Maros 22 November W. dan Burhanuddin. 2007. Pengelolaan penyakitprapanen jagung. Dalam Buku Jagung. Tekhnik produksidan pengembangan. pp. 342-350. Pusat Penelitian TanamanPangan. W., S. Pakki., dan S. Kontong. 2007. Evaluasi ketahananvarietas/galur jagung terhadap penyakit bulai. LaporanTahunan Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit. Balitsereal,Maros. F., E. Yuliana., and T. Purnama. 2015. Morfologicalvariation of Perenosclerospora maydis the causal agent ofmaize Downy mildew from different location in JawaIndonesia. Jurnal of Agricultural Enginering and Biotecknologi32 Sumarno, dan A. Nur. 2014. Perakitan varietas ungguljagung fungsional. IAARD PRESS. Jakarta. Abadi., dan Aini. 2014. Pengaruhpemberian plant growth promoting Rhizobacteria Bacillussubtilis dan Pseudomonas fluorescens terhadap penyakitbulai. Jurnal HPT 2111-18. ... The use of resistant genotypes is an effective way out to control this disease [10]. Resistant genotypes are believed to have capability to inhibit the growth of conidia, the spread of inoculum and to reduce the spread of the disease [11]. In plant breeding, a resistance of a plant is important as this character determines the quality and productivity of a plant [12]. ...... The intensity of disease attack determined maize resistance category to downy mildew Table 1. [11] stated that lower intensity of disease attack to a plant variety showed that that plant variety exhibited better resistance, resulted in a decrease in disease spread in pandemic area. These genotypes were in environment with high infection of downy mildew disease, where when the assay was conducted, it was in dry season with low rainfall temperature 28-31 0 C, RH 65-85%, where it was an optimal condition for the growth of the disease, resulting in higher infection to the plants. ...... From the results recorded, it can be concluded that resistance character of a plant is unrelated to yield production, where plant with high resistance do not always produce high yield. This finding is in line with the research of [11] who found that disease intensity affected yield production. .... Maize S5 generation was obtained and assembled through open pollination, from its parents possessing high yield potential and resistant to downy mildew disease, where the parents were obtained through mass selection. The objective of this research was to evaluate the yield potential and resistance of maize S5 generation against downy mildew disease. The research was conducted at Syngenta Seed Indonesia, Kediri Field Station, Kedungmalang Village, Papat District, Kediri Regency, East Java, from May to October 2019. The research was employed Randomized Block Design RBD non Factorial with the only factor observed, 24 genotypes of maize, 5 genotypes for disease resistance assay and 4 genotypes for yield potential assay with 2 replications. The results showed that there were 5 resistant genotypes, 18ID010125, 18ID010141, 18ID010158, 18ID010134, 18ID010118 and 18ID010122 and 7 potential genotypes to have high yield, 18ID010144, 18ID010123, 18ID006020, 18ID010135, 18ID010125, 18ID007419 and 18ID010148. The results also exhibited 3 genotypes with the highest yield and possessed high resistance against downy mildew 18ID010125, 18ID010123 and 18ID010148.... Selain fungisida berbahan aktif metalaksil, penggunaan varietas tahan penyakit bulai merupakan salah satu teknologi pengendalian yang efektif, murah, dan mudah dilaksanakan. Oleh karenanya, kombinasi penanaman varietas tahan dan perlakuan fungisida metalaksil atau dimetromof 50% merupakan pilihan utama dalam pengendalian penyakit bulai di lapangan Pakki 2017. Temuan di lapangan juga menunjukkan benih jagung yang ditanam tanpa perlakuan dengan fungisida metalaksil berpeluang tertular penyakit bulai. ...... Jagung hibrida varietas Bima-3, Bima-20 URI, dan Bima-15 Sayang tergolong tahan dan agak tahan terhadap penyakit bulai Aqil dan Rahmi 2014;Made et al. 2014, sedangkan jagung komposit Lagaligo juga mempunyai ketahanan terhadap penyakit bulai Syuryawati et al. 2007. Kombinasi perlakuan varietas tahan dan fungisida metalaksil maupun dimetromof 50% merupakan pilihan utama dalam pengendalian penyakit bulai di lapangan Pakki 2017. Hal ini didasari oleh temuan di lapang bahwa benih jagung yang ditanam tanpa perlakuan menggunakan fungisida metalaksil berpeluang besar tertular penyakit bulai. ...... Pada varietas rentan Anoman yang terinfeksi patogen P. philippinensis lebih awal, pertumbuhan tanaman lebih kerdil dibanding tanaman sehat. P. philippinensis bersifat sistemik, menginfeksi seluruh jaringan tanaman dan pada varietas rentan menyebabkan pertumbuhan terhambat, tanaman menjadi kerdil dan dapat mengakibatkan kematian Pakki 2017. Patogen mengganggu proses fotosintesis, mengganggu aliran nutrisi dari sel daun ke dalam floem, selama berada dalam floem, dan dari floem ke sel jaringan tanaman lainna, sehingga tanaman kerdil. ...... Control of downy mildew can be done by planting resistant cultivars, implementing an escape strategy by imposing a period without planting maize, eradicating infected plants from the rest of the previous crop and using fungicides with active ingredients called metalaxyl and demotroph Wakman et al., 2006;Pakki, 2017a. The maize seeds planted without treated with metalaxyl fungicides, have a high chance of developing downy mildew Talanca et al., 2012. ...... Those infection reaction rates were also significantly lower than cultivar Bima-20 URI and Bima-15 Sayang reaching and respectively. Bima-3 Bantimurung and Lagaligo are maize cultivars classified as having high resistance to downy mildew caused by P. maydis Pakki, 2017a. The low disease intensity of downy mildew is a reflection of the double performance of resistant genes and metalaxyl active ingredient, which causes P. maydis to be unable to infect optimally. ...Syahrir Pakki Nurasiah DjaenuddinDowny mildew caused by Peronosclerospora maydis is an important disease in the centers of corn cultivation in Java. The aim of this study was to determine the effectiveness of a combination of metalaxyl fungicide and varieties that have a high sustainability of downy mildew caused by P. maydis. The study was conducted in Kediri, East Java, which is an endemic area of downy mildew caused by P. maydis. The Split Plot Design with 3 replications was used in this study. The main plots were 5 corn varieties 1 Bima-3 Bantimurung, 2 Bima-20 URI, 3 Lagaligo, 4 Bima-15 Sayang, and 5 Anoman as a susceptible check. The subplots were 5 levels of seed treatment dose with metalaxyl fungicide 0 g/kg, 2 g/kg, 3 g/kg, 5 g/kg, and 7 g/kg seeds. The combination of resistant varieties with metalaxyl at a dose level of 5 g and 7 g/kg of corn seeds was effective in controlling downy mildew caused by P. maydis. In Bima-3 varieties Bantimurung and Lagaligo showed low infection reactions of and respectively. In a combination of treatment conditions of susceptible varieties Anoman with 2, 3, 5 and 7 g/kg seeds, disease incidence reach 100% or most of the plants die. The lower incidence was also followed by yield, ear length and weight of a 1000 seeds that higher than other treatments. The combination of the use of susceptible variety with 2 g to 7 g/kg of metallaxyl doses was not effective in controlling downy mildew caused by P. maydis.... Cendawan patogen ini dapat menginfeksi secara lokal dan sistemik pada kedua inang tersebut Bonman, Paisooksantivatana, & Pitipornchai, 1983 dan menyebabkan perunuran produksi yang signifikan. Laporan kehilangan hasil akibat penyakit ini berkisar 50-80% di beberapa wilayah sentra pengembangan jagung seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat Amran, Suriany, & Nurnina, 2018;Pakki, 2017;Rustiani, Sinaga, Hidayat, & Wiyono, 2015. ...... Penyakit bulai sebagai salah satu penyakit utama pada tanaman jagung. Laporan kehilangan hasil akibat penyakit ini berkisar 50-80% di beberapa wilayah sentra pengembangan jagung seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat [3][4][5] . Bahkan penyakit ini dapat mengakibatkan gagal panen jika tidak tertangani dengan baik [6] . ...In Madura island, corn is the main commodity that is widely planted with an area of 301,725 ha or about 30% of the area of maize in East Java. Madura Island has local cultivars, such as Tambin, Talango, Guluk-guluk, Manding, and Kretek. Efforts to increase production are continuously being made, starting from improving varieties until managing plant pests. One of the main diseases in maize is downy mildew. However, information about the incidence, incidence, severity, and species that cause downy mildew in local cultivars has not been reported. So, this study aims to identify the causes of downy mildew in local cultivars of Madura and disease severity in the field. The research method is a survey on local maize centers. Sampling was done by using the diagonal sampling method. Each plant sample was observed for symptoms of disease and scoring to calculate the value of disease severity. Fungi identification was carried out by microscopic observation of the fungus. The results showed that the cause of downy mildew in Madura local maize in Sumenep Regency was P. maydis. The highest incidence, disease severity, and AUDPC value after 4 MST were found in Guluk-guluk cultivars in Padangdangan Village, but had the lowest disease progression rate values. Meanwhile, the highest rate of disease progression was found in the Manding cultivar in Mandala Village. Based on the resistance category, Talango cultivar had the best resistance when compared to other AUDPC, downy mildew, disease progress, Madurese maize, Peronosclerospora maydis... Tingkat patogenitas mikroba biasanya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pertanaman inang. Cendawan P. philippinensis akan menunjukkan patogenitas tinggi saat kondisi iklim yang kering dan curah hujan rendah Pakki 2017. Dengan demikian kondisi iklim saat penelitian dengan jumlah hari hujan 19 hari dan suhu berkisar 23-35°C selama 92 HST Tabel 1 sangat mendukung produksi spora dan menyebar secara merata pada tanaman inang. ... Suriani SurianiSyahrir PakkiDan HasbiPenyakit bulai disebabkan oleh serangan cendawan Peronosclerospora spp. Di Indonesia ditemukan 3 spesies Peronosclerospora yang menyerang tanaman jagung dan mengakibatkan penurunan produksi yang signifikan. Ketiga spesies tersebut ialah P. philipinensis, P. sorghi dan P. maydis. Penggunaan varietas tahan dijadikan sebagai salah satu metode efektif mengendalikan penyakit ini. Ketersediaan varietas tahan yang durable menjadi syarat utama dalam pengendalian penyakit bulai yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat durabilitas ketahanan beberapa varietas unggul jagung terhadap P. philipinensis. Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Bajeng pada tahun 2016. Sebanyak 10 varietas unggul jagung ditanam berdasarkan pola Rancangan Acak Kelompok RAK 3 ulangan. Sebagai pembanding rentan digunakan varietas anoman yang ditanam tanpa menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil. Parameter pengamatan ialah intensitas serangan penyakit bulai, produksi dan bobot 1000 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 varietas jagung hibrida Bima 3 Bantimurung, Bima 20 URI, Bima 19, Bima 15 Sayang dan 1 varietas komposit Lagaligo yang memperlihatkan durabilitas ketahanan tinggi terhadap infeksi P. philipinensis berkisar 8,20% - 16,70% dalam keadaan pembanding rentan terinfeksi 100%. Pengaruh sistemik dari sifat durabilitas juga tampak pada variabel produksi dan bobot 1000 biji... Menurut Sharma & Ortiz 2002, penggunaan tanaman resisten mampu mencegah adanya resurjensi dan resistensi hama, efek racun bagi manusia dan polusi lingkungan akibat penggunaan pestisida. Sebagai contoh, penggunaan varietas jagung yang resisten terhadap penyakit bulai Peronosclerospora spp. mampu menekan inokulum awal patogen, pembentukan konidia/spora, dan menekan penyebaran penyakit pada suatu lahan tanaman jagung Pakki, 2017. ... Satriyo Restu AdhiRingkasan materi ini disusun dan digunakan sebagai acuan pembelajaran Mata Kuliah Teknologi Pelindungan Tanaman Terpadu, Fakultas Pertanian FTAN Uninus Bandung Tahun 2020.... Penanaman suatu varietas tahan penyakit bulai secara terus menerus juga tidak dianjurkan karena dapat mendorong berkembangnya ras-ras baru akibat tekanan seleksi sehingga varietas yang awalnya tahan akan menjadi rentan Pakki 2014. Pakki 2017 melaporkan beberapa varietas jagung seperti Bima-5, HJ 21 Agritan, Bima-14 Batara, dan Bisi-19 sebelumnya memiliki ketahanan yang tinggi terhadap P. maydis, namun setelah ditanam selama beberapa waktu mengalami penurunan daya tahan terhadap penyakit bulai. ...Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit utama yang menyerang tanaman jagung yang dapat menurunkan produksi jagung di Indonesia. Penyakit bulai pada jagung disebabkan oleh Peronosclerospora spp. yang bersifat parasit obligat sehingga tidak dapat ditumbuhkan di media kutur sintetik. Upaya pengendalian penyakit dengan penggunaan varietas jagung yang tahan penyakit bulai dan penggunaan fungisida seringkali tidak memberikan hasil yang diharapkan, karena patogen penyebab penyakit bulai yang beragam jenisnya sehingga memberikan respon yang berbeda pula. Identifikasi dan pemahaman tentang biodiversitas patogen penyebab penyakit bulai sangat penting dalam upaya pengendalian penyakit bulai. Identifikasi spesies secara morfologis terkadang sulit dilakukan karena karakter pembeda yang terbatas dan mirip. Metode biologi molekuler saat ini mulai secara luas digunakan, karena dapat memberikan informasi keragaman dari suatu organisme secara genetik secara cepat dan akurat. Oleh karena itu metode biologi molekuler dapat digunakan untuk mendukung hasil pengamatan secara morfologis. Penggunaan marka molekuler seperti RAPD, RFLP, AFLP dan SSR serta sekuensing region DNA tertentu rDNA, region ITS rDNA dan mtDNA secara langsung dapat menggambarkan keanekaragaman patogen penyakit bulai. Di Indonesia terdapat tiga spesies utama penyebab bulai yaitu P. philippinensis, P. maydis dan P. sorghi. Kedepan penggunaan teknik-teknik biologi molekuler baru dapat memberikan informasi yang lebih banyak, cepat, dan akurat akan dapat membuka lebih banyak kemungkinan bagi upaya pengendalian penyakit SihombingC TafakresnantoWahyu HandayatiAlthough the productivity is very low, maize cultivation on Madura island still uses the local varieties. Considering this situation a field assessment was carried out in Larangan Slampar Village Tlanakan District Pamekasan Regency from May to August 2017. The study was aimed to determine the performance of several national hybrid maize varieties that especially released by the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development IAARD. The experiment was arranged in a randomized completely block design with three replications. The treatments were five superior varieties of the IAARD namely Bima 9, Bima 14, Bima 16, Bima 20, and HJ 21, and one local variety of Madura as a control. The result showed that new varieties tested especially Bima 9 and Bima 14 gave the best performance and significantly different to local variety in some agronomic parameters namely plant height, width and length of leaves and yield. Almost of all agronomic parameters had a positive correlation to the yield. The yield was increased up to and the benefit up to 555,67 % than local variety. Based on this research and by the choosing of local farmers, both varieties were recommended as a specific location varieties in dry season planting time. Septian Hary KalqutnySyahrir PakkiDowny mildew is one of the limiting factors of corn production in Indonesia. Several efforts have been needed to control pathogens, one of them is the development of resistant varieties. New resistant varieties must be developed to prevent a decrease in genetic diversity in a region due to dependence on one variety. Germplasms collected from a variety of different environmental conditions is a potential source of genetic diversity. This study aims to determine the resistance of maize germplasm accession to downy mildew caused by P. philippinensis . In this study, the total number of 96 accessions of maize germplasm were tested. The experiment was arranged in a group design with 2 replications. The intensity of downy mildew infection was observed based on the incidence of the disease in 25, and 35 days after plantingDAP. The value of Area under Disease Progress Curve AUDPC is also calculated based on the intensity of downy mildew infection in a particular observation period. One accession which showed high resistance to downy mildew Peronosclerospora philipinensis was obtained, namely accession number 808 with 0 per cent infection and 0 AUDPC value, lower than the resistant varieties Bima 3 used as a comparison, which had an average 5-10% infection and AUDPC value. The accession obtained can be used as the source of the downy mildew resistance trait for the development of the new highly resistant downy mildew is one of the major constraints for maize production in Indonesia. Peronosclerospora maydis is known as the causal agent of downy mildew in Java, Indonesia. The use of fungicides yielded different reactions to the disease at various locations in Indonesia. The aim of this study was to look for evidence of variation in P. maydis by comparing morphological characteristics of downy mildew pathogen in several locations at Java, Indonesia. Samples were collected from eight locations in Java. The result showed that P. maydis was the causal agent of downy mildew in all locations. The shape and size of the conidia and conidiophores varied between locations, with the sizes being smaller compared to previous descriptions. These morphological variations indicates the presence of genetic variation. However, this needs further mildew DM is one of the most destructive diseases of maize in the humid sub-tropical and tropical regions of Asia. The most effective and efficient way of managing losses due to DM is to develop durable host-plant resistance in Asian maize across different DM pathogens. We assessed resistance in released DM P. zeae resistant CIMMYT maize lines CMLs against Peronosclerospora sorghi and Perenosclerospora heteropogoni to develop DM resistant DMR maize germplasm with a broad-spectrum of resistance, and identify and further improve new sources of DMR maize germplasm for use in regional breeding programs targeting DM-prone environments. Data indicated that out of 19 DM resistant CMLs, four CML-433, 465, 466 and 472 were resistant and 15 susceptible to P. sorghi. Screening of new inbred lines from CIMMYT-Asia CA resulted in identification of a set of yellow maize lines with good level of DM resistance disease score – However, the high quality protein maize QPM lines derived from CIMMYT Population 61 and bi-parental pedigree crosses between elite QPM lines showed very poor resistance to DM. Progenies of the bi-parental population developed by crossing DMR P. sorghi CA lines showed further enhanced levels of resistance to both P. sorghi and P. heteropogoni. The study resulted in identification of 10 new inbred lines, in addition to the 4 released CMLs, offering consistent high resistance to both the DM pathogens. Promising bi-parental populations 13 with combined DM resistance and other desirable agronomic traits were identified for the extraction of a new generation of DMR lines with broad-spectrum DM resistance and other commercial traits. Comparison of genotypic response under different screening methods/DM species clearly indicated that the glasshouse-based sandwich method of screening against P. sorghi was the best method for identifying promising genotypes with a high level of DM resistance that were also resistant to DM under field conditions for both the species. However, the highly controlled conditions used for sandwich screening, which is most favourable for disease development, resulted in high disease pressure potentially masking the identification of genotypes with a moderate level of DM book examines future technological and policy prospects for the sustainable intensification of rainfed upland maize production in Asia, and derives R&D priorities for specific maize production environments and markets. Village-level and farmer-group surveys were conducted to characterize upland maize production environments and systems in China, India, Indonesia, Nepal, the Philippines, Thailand, and Vietnam. Survey findings, particularly farmer-identified constraints to maize production, complemented with other relevant data, were used in country-level, R&D priority-setting workshops. High on the list of farmer constraints was drought, estimated to affect three production environments that are home to about 48 million rural poor and produce an estimated 16 million tons of maize, and others such as downy mildew, stem borers, soil erosion/landslides, waterlogging, poor agricultural extension/ technology transfer services, and poor access to low-interest credit and markets. Farmers felt that socioeconomic and policy-related constraints impact maize productivity more than technical constraints do. It is important to recognize that technology is not the only key to increasing productivity and bettering the conditions of marginal maize farmers in Asia. There is a growing trend towards commercializing and intensifying maize production that is different from the staple food self-sufficiency paradigm that has been the cornerstone of agricultural policy in most developing countries. Appropriate government policies could help alleviate the adverse consequences of commercialization and promote sustainable intensification of maize production, especially in marginal environments inhabited by resource-poor subsistence farmersPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi dalam mengendalikan penyakit bulai Perenosclerospora maydis pada tanaman jagung manis. Penelitian dilaksanakan dari Mei sampai Juni 2012 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol berupa air steril P0, ekstrak daun tapak liman P1, ekstrak daun mimba P2, ekstrak daun sirih P3, ekstrak daun seraiwangi P4 dan fungisida sintetik P5. Hasil penelitian menunjukkan 1 Ekstrak daun tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi efektif dalam menekan penyakit bulai pada jagung manis 2 Seraiwangi memiliki potensi yang paling tinggi dalam menekan keterjadian penyakit bulai pada jagung N. AGRIOSThis fifth edition of the classic textbook in plant pathology outlines how to recognize, treat, and prevent plant diseases. It provides extensice coverage of abiotic, fungal, viral, bacterial,nematode and other plant diseases and their associated epidemiology. It also covers the genetics of resistance and modern management on plant Pathology, 5th Edition, is the most comprehensive resource and textbook that professionals, faculty and students can consult for well-organized, essential information. This thoroughly revised edition is 45% larger, covering new discoveries and developments in plant pathology and enhanced by hundreds of new color photographs and mildew Peronosclerospora maydis is considered one of the most destructive diseases for maize. Beside being dispersed by air, it is suspected that contaminated seeds also play a role in the dissemination of this disease. To answer this hypothesis we collected sweet corn and field corn samples from three districts in East Java province, Indonesia. A number of representative infected and healthy looking ears were collected from those regions. Twenty seeds were randomly taken from each cob. DNA derived from twenty seeds was pooled and genotyped with multiplexing using maize microsatellite bnlg1189 and downy mildew microsatellite DM38 primer. Allele in the size of 153 bp can be observed after the infected samples were amplified with DM38, while the size of the maize microsatellite allele depends on the genotype of infected maize. All seeds collected from infected ears positively carry the DM allele. Meanwhile, our genotyping data revealed that 30–80 % of healthy sweet corn ears positively contained the DM allele, while only % of healthy field corn ears contained the DM allele. Specificity of the primers was verified by the absence of cross-reaction with DNA from 6 common contaminants on maize seeds, while sensitivity tests indicated that 10 pg is the threshold for the detection of Peronosclerospora maydis. The results obtained from this study implicate contaminated seeds as possible sources of initial inoculums of maize downy mildew in the field and also provided a simple and accurate diagnostic method to assess the presence of downy mildew in maize G. HogenboomAll agricultural crops are severely damaged when not protected against pathogens. A comparison of different means of protection has shown that the application of resistance is highly preferable. The great economic importance of this cost-effective and biologically safe means of protection is obvious in all types and areas of plant production. Durability of resistance is a highly variable phenomenon. Insight into the basis of durability is still insufficient. Biotechnology will increase the economic importance of breeding for resistance. It gives us new possibilities not only for the recombination of genetic information, but also for the analysis of host-pathogen relationships and for the improvement of durability of resistance. The significance of resistance and its durability for plant production in all countries and especially in developing countries, justifies that breeding for resistance be given top priority varietas unggul jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, MarosAdnan A M C RafarDan ZubactiroddinAdnan. Rafar, dan Zubactiroddin. 2010. Deskripsi varietas unggul jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. varietas unggul jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, MarosM AqilY A RahmiAqil, M. dan Rahmi. 2014. Deskripsi varietas unggul jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. aplikasi Pyroclostrobin terhadap penyakit bulai pada lima varietas jagungN U AsputriL G AiniA L AbadiAsputri, Aini, dan A. L. Abadi. 2013. Pengaruh aplikasi Pyroclostrobin terhadap penyakit bulai pada lima varietas jagung Zea mays L.. Jurnal HPT 1377-84.
Inilah pembahasan selengkapnya tentang tahan terhadap penyakit tts dan sejumlah artikel lain dengan topik yang masaih berkaitan dengan tahan terhadap penyakit Anda masih membutuhkan informasi lain yang lebih detail tentang tahan terhadap penyakit tts, Anda boleh ajukan pertanyaan langsung kepada kami.…a penyakit ataupun sebab kematian dapat memperlihatkan kecenderungan angka penyakit tadi. Jenis-jenis penyakit mana yang didapat paling banyak, apakah ada kecenderungan yang menaik atau menurun. Apabila data angka penyakit ini digrafikkan, maka akan tampak pola penyakit di suatu daerah ataupun negara. Sebagai contoh, data penyakit di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa penyakit yang terbanyak didapat adalah penyakit menular, terutama penyakit sal……akat dengan menggunakan keropeng cacar sapi, dan ternyata, orang-orang ini tahan terhadap variola. Selanjutnya, berkembanglah usaha pembuatan vaksin terhadap berbagai penyakit. Tetapi hal ini kemudian ternyata belum juga efektif dalam memberantas wabah, karena pendekatannya masih sangat individual,yaitu hanya memperhatikan elemen manusia saja dari tiga elemen yang menentukan terjadinya penyakit manusia/masyarakat, agen penyakit, dan lingkungan….…ju, perlu dikembalikan persoalannya pada populasi masyarakat yang diserang penyakit tersebut. Pada penyakit menular, anak-anaklah yang diserang, sedangkan pada penyakit tidak menular, kebanyakan adalah orang yang sudah tua. Dengan demikian dapat difahami, behwa menurunkan kematian diantara anak-anak merupakan suatu keuntungan, karena anak itu merupakan investasi masyarakat yang tentunya diharapkan dapat hidup sampai dewasa dan dapat mengembalikan……ingan pemberantasan yang menggunakan strategi menghilangkan cara transmisi penyakit, maka penyakit seringkali dikelompokkan atas dasar cara penyebarannya. Hal ini sangat penting untuk mencegah menjalarnya penyakit dari satu daerah ke daerah yang lain. Disinilah pentingnya peran kesehatan lingkungan, yakni mencegah menyebarnya penyakit lewat lingkungan. Adapun pengelompokkan tersebut adalah sebagai berikut •Penyakit bawaan air dan makanan •Penyaki……i penularan penyakit, terutama anak-anak yang merupakan golongan yang peka terhadap penyakit menular. Sebagai akibatnya, banyak terjadi kematian anak, sehingga usia harapan hidup pendek. Keadaan ini juga mendukung tingginya angka kelahiran, sehingga terdapat populasi yang muda; jadi tergolong populasi dengan resiko tinggi terhadap penyakit menular, sehingga penyakit menular terus-menerus terdapat, dengan demikian siklus penyakit menular menjadi le……ui bahwa nyamuk-nyamuk yang bersarang di rawa-rawa itulah yang menyebarkan penyakit demikian, pendapat seperti itu merupakan suatu kemajuan pada jamannya, karena penyakit saat itu diasosiasikan dengan dosa dengan kekuatan tokoh didunia kedokteran,Hippocrates 460- 377 SM, adalah tokoh yang pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan fenomena alam dan dari segi ilmu k……ng luka dicuci dulu dengan air hangat atau alkohol 70 %. Bisul, eksim, dan penyakit-penyakit kulit Helaian mahkota bunga teratai ini dibakar, akan menghasilkan abu yang juga berkhasiat sebagai obat. Abu ini bisa dimanfaatkan sebagai obat luar untuk menyembuhkan bisul, eksim, dan penyakit-penyakit kulit. Sedangkan serbuk dan benang sari bunga teratai jika dicampur madu dan keju akan menjadi obat penyakit wasir. Kudis pada Anak-anak Anak-anak yang t…Pembahasan seputar tahan terhadap penyakit tts ini tentu saja masih berkaitan dengan mengobati tanduk kambing yg menancap ke kepala, macam obat generik dan fungsinya, cara membius, perbedaan pabanox dan parasol, tanduk kambing menusuk kepala, cara melarutkan kapur barus, nama obat yang menggunakan pipet kaca di apotik, antimo campur kopi, insto campur kopi, obat penumbuh daging di apotik dan topik menarik lainnya di situs ini.
tahan terhadap penyakit tts